Selamat Datang di Blog Kajian Sastra Daerah

Rabu, 06 Juni 2012

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)



 SEKOLAH: SMA Kartika Kendari
  MATA PELAJARAN : Bahasa Indonesia
  KELAS : X SEMESTER : 1
 ALOKASI WAKTU : 2 x 45 Menit

A. STANDAR KOMPETENSI
       Mendengarkan: 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung/tidak langsung.

B. KOMPETENSI DASAR

 Mengidentifikasi unsur sastra (intrinsik dan ekstrinsik) suatu cerita yang disampaikan secara langsung/rekaman.
C. INDIKATOR

1. Kognitif
    a. Proses Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang ada di dalam cerpen

 2.Produk
     Menentukan unsur intrinsik yang ada di dalam cerpen Menjelaskan maksud unsur intrinsik cerpen

 3.  Psikomotor
     Menyampaikan unsur-unsur intrinsik yang telah ditemukan di dalam cerpen Menanggapi penjelasan tentang unsur-unsur yang ditemukan oleh teman
. Afektif Karakter Kerja sama Teliti Tanggap Keterampilan sosial Menyampaikan hasil diskusi dengan baik dan benar Membantu teman yang mengalami kesulitan.

D. TUJUAN PEMBELAJARAN
 Kognitif
 Proses
    Setelah membaca cerpen yang disajikan, siswa diharapkan mampu menemukan unsur-unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen
 Produk
Setelah membaca dan membahas hasil pencapaian tujuan proses di atas, siswa diharapkan mampu menuliskan kembali unsur-unsur intrinsik yang telah ditemukan.
 Psikomotor
 Secara berkelompok siswa dapat menyampaikan unsur intrinsik cerpen yang disediakan dalam LKS 1: psikomotor. Afektif Karakter Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan memperhatikan kemajuan dalam perilaku seperti kerja sama, teliti dan tanggap. Keterampilan sosial Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan memperlihatkan kemajuan dalam kerampilan menyampaikan hasil diskusi dengan bahasa yang baik dan benar, bekerja sama dalam kelompoknya, dan membantu teman yang mengalami kesulitan.

E. MATERI PEMBELAJARAN
 Teks cerita pendek

 F.MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
 . Model pembelajaran : pembelajaran langsung (eksplisit)
 Metode pembelajaran Diskusi Unjuk kerja Penugasan

G. BAHAN AJAR
 Lembar kerja Spidol

H.ALAT
 Teks Cerita Pendek


I. SKENARIO PEMBELAJARAN
nomorkegiatan
Awal
 kegiatan Intikegiatan awal(10 menit)
1.Kegiatan awal (10 menit) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan menanyakan keadaan siswa yang tidak hadir. Siswa membentuk kelompok antara 4-5 orang per kelompok.Guru dan siswa melakukan refleksi tentang pembelajaran hari ini
2.Guru memberi motivasi kepada siswaGuru memberi penjelasan tentang kinerja yang akan dilakukan siswa pada saat menyimak cerita yang akan disampaikan.
Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran hari ini.
3.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
Siswa mendengarkan/menyimak cerita pendek yang sudah disediakan oleh guru, yang akan dibacakan oleh teman secara bergantian.
Guru memberi tugas kepada siswa kemudian pembelajaran ditutup dengan salam.
4.
Guru melakukan apersepsi dengan bertanya mengenai pengetahuan siswa tentang unsur intrinsik yang terdapat dalam karya sastra B1 .
Setiap kelompok menunjuk salah satu anggotanya untuk menyampaikan secara lisan hasil diskusi secara runtut dan jelas di depan kelas. Siswa bertanya jawab/menanggapi informasi yang didengar/disimak dengan bahasa dan alasan yang rasional dan logis.Kemudian guru menutup pelajaran

J. SUMBER PEMBELAJARAN
 Buku: Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA kelas X Materi esensial Bahasa Indonesia Silabus

K. EVALUASI DAN PENILAIAN
 Tugas Individu: Menggunakan LKS Jenis Tagihan Penilaian: LKS 1 dan LP 1 Bentuk Instrumen Penilaian: Uraian Bebas Jawaban Singkat

 LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BAHASA INDONESIA SMA KELAS X SEMESTER 1

 Standar Kompetensi
Mendengarkan: 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung/tidak langsung. Oleh: Media Pembelajaran:

 Cerpen

Aku bagaikan manusia yang terhina. Rasanya kehadiranku tak pernah diharapkan siapapun, bahkan oleh kedua orang tuaku. Aku lahir dari sebuah keluarga yang hidupnya sangat memprihatinkan. Teramat sangat, karena kedua orang tuaku hidup dengan tidak layak ditambah lagi dengan pendidikan rendah dan sikap yang kolot. Hidup dengan kekurangan disana-sini menjadikan ibu dan bapak sebagai orang tua yang haus akan materi. Namun parahnya tiada upaya, hanya impian meninggi namun sangat tipis usaha untuk menggapainya. Jangan tanyakan di mana keluarga kami yang lain. Karena keadaannya sama saja. Entah mengapa aku lahir di tengah-tengah kelurga bobrok ini, bahkan aku menyebutnya keluarga terkutuk. Pada dasarnya orangtuaku mengharapkan anak mereka yang lahir adalah lelaki, karena mereka berharap kami akan membantu perekonomian keluarga. Namun, anak pertama terlahir sebagai perempuan, berlanjut terus tanpa henti hingga aku terlahir sebagai perempuan di urutan ke delapan. Hah…tidak usah heran, karena mereka pun tak pernah lelah mengharapkan impian bodoh mereka itu. Kedengarannya kasar sekali aku mengecam orang tua dan keluargaku sendiri. Namun, itulah kerasnya kehidupan, kadang kita akan terseret ke dalam arus disekelilingnya. Aku muak!! Aku tak ingin terus-terusan hidup luntang – lantung dalam kehidupan menyebalkan seperti ini. Apalagi setelah kelahiranku beberapa tahu lalu bapak pergi entah ke mana. Ia mungkin tak sanggup lagi memikul tanggung jawab untuk menafkahi sembilan orang perempuan yang hanya menyusahkan kehidupannya. Aku tahu di luar sana ia pasti berteriak lega. Hingga sudah bisa ditebak aku tak pernah tahu bagaimana rupa bapakku itu. Malam ini ku pilih sebagai malam yang tepat untuk mengakhiri bebanku selama ini. Apakah aku akan bunuh diri? Owh, tidak!! Aku tidak sebodoh itu. Aku hanya ingin memulai kehidupan baruku. Yaa, sama seperti bapak yang lari meninggalkan kami. Toh aku juga tidak akan dicari oleh mereka. Malah sangat pasti mereka akan senang, karena tanggungan mereka berkurang satu lagi. Hari-hariku berjalan dan berlanjut apa adanya. Awalnya sulit karena aku harus hidup sendiri tanpa ada yang perduli dengan diriku. Terkadang aku berpikir untuk mencari bapak. Ibu pernah bercerita, bahwa bapak mempunyai tanda yang bisa aku kenali. Yaitu ia mempunya tanda lahir berbentuk bulan sabit berwarna hitam legam di punggung sebelah kanan. Tanda yang langka, sehingga mudah untuk dikenali. Namun, apakah mungkin aku memeriksa punggung setiap laki-laki? Hah, mustahil. Sudahlah aku pun melenyapkan keinginan gila itu. Lagipula jika aku bertemu dengannya, aku mau apa darinya? Aku sudah teramat benci terhadapnya. Lelaki tak bertanggung jawab.!! Mungkin itulah awal dari kebencian ku yang teramat sangat terhadap lelaki. Apalagi aku terbiasa hidup di lingkungan perempuan yang mandiri tanpa lelaki. Ibu pun seolah mengajarkan untuk benci terhadap lelaki. Akhirnya ini juga yang membawaku ke dalam lembah kesalahan. Semua orang tahu bahwa hidup di jalan bukanlah hal mudah. Sangat banyak godaan yang menyesatkan. Dan aku pun tak bisa menghindarinya. Dan yang membuat aku bertahan dengan semua itu karena aku menikmatinya. Aku tak punya keahlian apa-apa. Yakh, terpaksa untuk membiayai hidup aku pun bekerja menjual diri. Mungkin bagi orang, perjalanan ini sudah biasa. Sudah tak sedih lagi. Sudah bassiiii….!!! Tapi itu tanggapan orang yang hanya mendengarnya, tapi bagiku yang merasakannya, ini sangat sakit. Saakiiit…. dan pedih…! Namun hal itu tak membuatku sedikit bersimpati terhadap pria. Jangan pikir aku akan menyerahkan tubuh ini pada pria-pria di luar sana yang nakal. Hah,,,tidak!! Tidak akan pernah.!! Lalu,, pada siapa?? Yakh, tentu saja terhadap sesama jenisku: perempuan. Hufft….aku merapikan pakaianku dan bergegas meninggalkan hotel. Siang itu aku baru saja “melayani” pelanggan setiaku. Pelangganku memang terbilang sedikit, karena memang susah untuk mencari yang seperti kami. Mungkin banyak, tetapi banyak yang tidak mau mengakui bahwa mereka adalah kaum lesbi. Namun, biarlah dengan begitu sainganku tidak terlalu banyak, dan tentu saja bayaranku akan tinggi. Seiring bertambahnya usia, pelangganku semakin berkurang. Apalagi usia yang semakin menua membuat parasku tak secantik dulu. Tenagaku pun tak sehebat dulu lagi. Sehingga banyak pelangganku yang kabur. Aku pun mulai berpikir untuk mencoba “menjualnya” kepada lelaki. Aku yakin pelanggan lelaki lebih banyak dan lebih mudah didapat. Lagipula tubuhku pun masih belum terlalu jelek bagi para lelaki. Awalnya aku berat, sangat berat. Aku tak pernah membayangkan akan melakukannya dengan lelaki. Karena terus terang rasa benci yang tertanam sejak kecil, belum bisa aku lenyapkan. Tapi kehidupan yang menuntunku. Malam ini, aku pun mendapatkan pelanggan pria pertama ku. Aku sama sekali tak merasakan apapun terhadap pria ini. Seorang pria paruh baya, yang dalam pikiranku sungguh tidak tahu diri. Seharusnya ia insaf, karena melihat tampangnya ia tak akan berumur panjang lagi. Tapi,,, sudahlah. Yang terpenting aku mendapatkan uang. Kami pun memulainya. Aku sungguh baru pertama melakukan ini dengan pria, setelah puluhan tahun aku bergelut dalam dunia hitam ini dan melakukannya dengan wanita. Aku merasakan hal aneh. Entah, apa namanya. Aku merasakan kesedihan yang mendalam. Ketika ia mulai menjelajahi tubuhku, hingga melucuti satu-persatu pakaian yang melekat ditubuhku. Namun, ditengah “permainan hot” kami itu, aku tersentak kaget. Aku kemudian segera memakai pakaianku. Aku tak peduli ketika pria itu terus memanggilku. Aku menghempaskan tubuhnya yang masih berusaha untuk memaksa aku kembali melanjutkan hubungan tadi. “ Kita belum selesai nona!! Jadi kamu tidak akan bisa lari dariku”. Huh…aku tidak peduli. Aku menhempaskan tubuhnya. Kutatap lekat-lekat wajahnya. Wajah itu seperti tak asing bagiku. Bahkan aku segera merasakan perasaan benci yang memuncak terhadap semua lelaki. Aku berlari terus berlari. Tiba-tiba saja rasa penasaran tentang sosok selama ini yang aku cari-cari hilang sudah. Karena baru saja aku melihat sebuah tanda bulan sabit berwarna hitam legam di punggung sebelah kanan.

 SELESAI


LKS 1: LEMBAR KERJA SISWA Bahasa Indonesia

Nama……………………. Kelompok……………… Tanggal……………….

Kegiatan 1 Bacalah cerita pendek yang telah disediakan. Setelah membaca, kerjakan langkah-langkah berikut: Tentukanlah unsur-unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen tersebut! ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………….








LKS 2: LEMBAR KERJA SISWA Bahasa Indonesia

Nama……………………. Kelompok……………… Tanggal……………….


Kegiatan 2 Carilah sebuah Cerpen. Lalu bacalah. Setelah membaca, kerjakan langkah-langkah berikut: Tentukanlah unsur-unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen tersebut! ………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………….









 LEMBAR PEGANGAN GURU
(LPG)

 BAHASA INDONESIA
 SMA KELAS X SEMESTER 1

 Standar Kompetensi

 Mendengarkan: 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung/tidak langsung.

Oleh:  

 Unsur Intrinsik Karya Sastra
adalah unsur-unsur yang secara organik membangun sebuah karya sastra dari dalam Contoh unsur intrinsik
(1) tokoh
 (2) alur
(3) latar,
 (4) judul
(5) sudut pandang
(6) gaya dan nada
 Secara umum unsur-unsur intrinsik karya sastra prosa adalah:

1. Tokoh /karakter
 2. Alur / plot
3. latar/ setting
 4. sudut pandang (point of view)
 5. tema
6. amanat
  Karakter adalah orang yang mengambil bagian dan mengalami peristiwa-peristiwa atau sebagian peristiwa-peristiwa yang digambarkan di dalam plot.  Plot adalah rangkaian peristiwa yang satu sama lain dihubungan dengan hukum sebab-akibat.  Latar adalah latar peristiwa yang menyangkut tempat, ruang, dan waktu. Tema adalah gagasan pokok yang terkandung dalam drama yang  berhubungan dengan arti (mearning atau dulce) drama itu; bersifat lugas, objektif, dan khusus.  Amanat adalah pesan yang hendak disampaikan oleh pengarang kepada pembaca yang berhubungan dengan makna (significance atau utile) drama itu; bersifat kias, subjektif, dan umum.

 PEMBEDAAN TOKOH
 A. Dilihat dari segi peranan/ tingkat pentingnya/ keterlibatan dalam cerita
 1. tokoh utama (main/ central character) yaitu tokoh yang diutamakan penceritaannya
 2. tokoh tambahan (peripheral character) yaitu penceritaan relatif pendek (tidak mendominasi)
 B. Dilihat dari fungsi penampilan tokoh
1. Protagonis memberikan simpati, empati, melibatkan diri secara emosional terhadap tokoh tersebut. Tokoh yang disikapi demikian disebut tokoh protagonis.
 2. Antagonis - tokoh yang menyebabkan terjadinya konflik - beroposisi dengan tokoh protagonis - Peran antagonis dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. tokoh antagonis
2. kekuatan antagonis (tak disebabkan oleh seorang tokoh) Contoh: bencana alam, kecelakaan, nilai-nilai sosial, lingkungan alam, nilai moral, kekuasaan dan kekuatan yang lebih tinggi, dan sebagainya.
 C. Berdasarkan Perwatakannya
1. Tokoh Sederhana/ Simple/ Flat Tokoh yang hanya mempunyai satu kualitas pribadi (datar, monoton, hanya mencerminkan satu watak tertentu). Biasanya dapat dirumuskan dengan satu kalimat 2. Tokoh Bulat/ Complex/ Round Diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupan, kepribadian, dan jati dirinya. Bertentangan, sulit diduga, dan mempunyai unsur surprise. Keduanya tidak bersifat bertentangan, hanya merupakan gradasi saja.
 D. Berdasarkan berkembang atau tidaknya perwatakan tokoh
 • Tokoh Statis adalah tokoh tak berkembang yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat peristiwa-peristiwa yang terjadi.
 • Tokoh Berkembang
 • mengalami perkembangan perwatakan dalam penokohan yang bersifat statis biasanya dikenal tokoh hitam dan tokoh putih E. Berdasarkan Kemungkinan Pencerminan Tokoh terhadap Manusia dari Kehidupan Nyata
• Tokoh Tipikal pada hakekatnya dipandang sebagai reaksi, tanggapan, penerimaan, tafsiran pengarang terhadap tokoh manusia di dunia nyata. Contoh guru, pejuang, dan lain-lain
. • Tokoh Netral tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Ia benar-benar merupakan tokoh imajiner

 LEMBAR PENILAIAN
(LP)

 BAHASA INDONESIA
SMA KELAS X SEMESTER 1

 Standar Kompetensi
 Mendengarkan: 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung/tidak langsung.

Oleh:

LP 1 : KOGNITIF PROSES

Pedoman Penskoran LKS 1
nokomponen Deskriptor Skor 123
1.Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang ada di dalam cerpen Siswa mampu Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang ada di dalam cerpen










 Keterangan:
1. (3) sangat tepat
2.  (2) tepat
3.  (1) tidak tepat


 Cara Pemberian Nilai

Pedoman Penskoran LKS 2


nokomponen
Deskriptor
skor 123
1Menentukan unsur intrinsik yang ada di dalam cerpen Siswa mampu menentukan unsur intrinsik yang ada di dalam cerpen Menjelaskan maksud unsur intrinsik cerpen 2 Menjelaskan maksud unsur intrinsik cerpen
Menjelaskan maksud unsur intrinsik cerpen yang telah ditemukan Siswa mampu menjelaskan maksud unsur intrinsik cerpen yang telah ditemukan











Nilai=(Skor Perolehan Siswa)/(Skor Maksimun) x 100  

 Keterangan
: (3) sangat tepat
 (2) tepat
 (1) tidak tepat

 Cara Pemberian Nilai Rumus
LP 3 : PSIKOMOTOR


nomor
komponen
Deskriptor skor catatan
1.Mampu membacakan hasil identifikasi unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen, dengan kriteria 1.Suara 2Lafal 3.Intonasi a.Sangat jelas b.Kurang jelas Tidak jelas Sangat jelas Kurang jelas Tidak jelas Sangat jelas Kurang jelas Tidak jelas 321        321                     321



2.Menanggapi hasil identifikasi yang disampaikan temanMenanggapi hasil identifikasi yang disampaikan teman Siswa mampu menanggapi hasil identifikasi unsur intrinsic cerpen yang disampaikan teman321








    Keterangan:
 (3) sangat tepat
 (2) tepat
 (1) tidak tepat


 Cara Pemberian Nilai Rumus:
(Skor Perolehan Siswa)/(Skor Maksimun) x 100



LP 4 : AFEKTIF (KARAKTER)


Notanggung jawab Disiplinketekunankreatif
Kritis
skor total
1.12341234123412341234
212341234123412341234
3.12341234123412341234
4.12341234123412341234
5..12341234123412341234
6..12341234123412341234
7..12341234123412341234
8..12341234123412341234
9.12341234123412341234
10.12341234123412341234
11.12341234123412341234
12.12341234123412341234
13.12341234123412341234
14.12341234123412341234
15.12341234123412341234
16.12341234123412341234
17.12341234123412341234
18.12341234123412341234
19.12341234123412341234
20.12341234123412341234
2112341234123412341234
22.12341234123412341234
23.12341234123412341234
24.12341234123412341234
25..12341234123412341234
26.12341234123412341234
27..12341234123412341234
28.12341234123412341234
29.12341234123412341234
30.12341234123412341234
31.12341234123412341234
32.12341234123412341234
33.12341234123412341234
34.12341234123412341234
35.12341234123412341234
36.12341234123412341234
37.12341234123412341234
38.12341234123412341234
39.12341234123412341234
40.12341234123412341234

 Keterangan
 4 = sangat baik
3 = baik
2 = baik
 1 = tidak baik


urutannama pacarHobby Pacar
pertamaItaTinju
keduaMitabegadang
ketigaMianonton film perang
keempatTamiTidur


LP 5 : AFEKTIF (KECAKAPAN SOSIAL) No Karakter Skor Total Inisiatif Berbahasa Santun dan Komunikatif Partisipasi 1 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 3 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 6 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 7 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 8 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 9 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 10 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 11 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 12 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 13 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 14 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 15 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 16 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 17 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 18 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 19 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 20 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 21 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 22 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 23 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 24 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 25 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 … Keterangan 4 = sangat baik 2 = kurang baik 3 = baik 1 = tidak baik Kendari,13 Desember 2011 Mengetahui, Guru Pamong Mahasiswa KKP-PPL Nur Niati, S.Pd Eka Cahyowati Menyetujui, Kepala Sekolah Drs. H. N.P Dahlan

Selasa, 05 Juni 2012

A. Dongeng dalam bahasa daerah muna


A.      Dongeng dalam bahasa daerah muna
Kapu-kapuuna
Karakarambau Bula Bhe Wadhekamomombheludhu
Karakarambau bula ini netisaamo o foo seghonu, naseha-sehae katisano maitu nokobhakemo. Wadhekamomombheludhu ini nokalamo wekundono lambuno, nokala neghondohi o bhelomba. Gara miina narumato we keutahano bhelomba, nofewonomu kawonduno foo. Noangkamo we koro foo maka neghondohi. Gara ini, bakeno foo karakarambau bula nokutumo. Noeneemo Wadhekamomombheludhu maka nofumaae.
Nase-hasehae karakarambau bula nokalamo noghondohi bhakeno foono ghara minaemo. Nomamaraamo karakarambau bula ini. Nokalamo welo liwu, maka nokala we kolambuno, saratono nofoni welolambu. Nobisaramo kolambuno ambano “ingka karakarambau bula itu aini kaasi” nobisaramo karakarambau bula “inodi paa” ambano kolambuno “waghomesogho waghomepagho” amba karakarambau bula “akido aeso akidi aepaa, somano mofotaa mbarara” nofotaamo kolambuno gara mina nanumando modedeano wangka. Samppe fitu ghonu lambu kakalahano, peda kansuru anagha karakarambau bula nobisara. Nefitu ghonuno lambunagha gara lambuno kolakino liwu. Kolakino liwu nobisaramo ambano “ingka karakarambau bula itu aini kaasi waghomesogho waghomepagho” amba karakarambau bula “akido aeso akidi aepaa, somano mofotaa mbarara” nofotaamo kolakino lambu bhe ibuno gara ta Wadhekamomombheludhu pata motaano bisaramo karakarambau bula “noafa itu kaasi Wadhekamomombheludhu miina namotagho” nobisaramo kolakino liwu “miina narumungku lalono bhahi” amba karakarambau bula “toba paa akumilikilie” nokilikliemo karakrambau bula nokilikili Wadhekamomombheludhu. Aitumaka Wadhekamomombheludhu nofotaa tonokaraamu, naitu karakarambau bula nowura wangka Wadhekamomombheludhu tono kadeadeamo. Nobisaramo karakarambau bula ambano “mepakesi aitu dokalaana” dofopakeanemu Wadhekamomombheludhu kosibabarihae bulawano. Nokalaanemo karakarambau bula noowae welo sangku. Noedaane karakarambau bula, nowolo notikaisi bulawa Wadhekamomombheludhu, nowule kaawu noedaane novetumpumu karakarambau bula, nofewule we korono bontu. Maka karakarambau bula nokala nobasi sabhangkahino, gara Wadhekamomombheludhu nowora olele naho sekampana, nofonimo ne lele anagha bhe nobisara “sio-sionomo lele kafonihaku ini napotubhari kalangke” tolu paku neulangie wambano, lele kafonihano halighoomu noratoe kawea bunta. Nowuramo karakarambau bula nomai bhe sabhangkahino khabarindo todoowaowahimu karumbu dokala. Nobisaramo sabhangkahino karakarambau bula ini “hamaiemo itu mie kapulughomu” amba karakarambau bula “ingka naini kone aniini bhelahi afongkorae ne korono bontu” nowule kaawu doghondohie, dofumaamo karakarambau bula dopipisie bhe reano.
Nomate kaawu karakarambau bula, Wadhekamomombheludhu neghondohimu cara sanahumundagho nasumuli welambundo. Wadhekamomombheludhu nefetulumimo ne manu-manu okatogha ambano “tulumi kanawu bhela wa ogha!” ambano katogha “tamolimu dhua atulumi ihintu maemu paniku ini taambulu-ambulumo” gara ini noliumo piikore ambano ”tulumi kanau wa ore!” nopeemu pikore ne lele, nofonimo Wadhekamomombheludhu te towhuno pikore maka nohoro ane nopeane wekapaea nggiri-nggiri, bhe nobisara pikore “aini haemo Wadhekamomombheludhu” fitu paku noulangie wambano pikore, ambano kolakino liwu “ah.. Wadhekamomombheludhu hae dhua, Wadhekamomombheludhu nomponamo nomate nokobubumu wangkano welo wite” notudumo kafolatehino dakumala daghumondoe, gara bhe Wadhekamomombheludhu kotughu. Nosulimo kafolatehino maka noforato kolakino liwu. Ambano kolakino liwu “ohunda adumodoko pedaolinta ane omekabuangka” ambano kafolatehino “umbe” nokala noghondoe kolakino liwu, ghara Wadhekamomombheludhu kotughu.
Dobhasiemo pikore maka dofopilie sabhara bhulawa, gara opikore neala nggiri-nggiri maka notapue we ghagheno. Pada kaawu anagha opikore nohoromo ambano “apebhengginggiiku ahobheginggiiku” nongkaukaulehi manu-manu peda aniini pata tumulumino Wadhekamomombheludhu, dosawue pikore bhe nokutu we wite.
Wadhekamomombheludhu dorame-rameanemu fitu gholeo fitu alo.


B.       Terjemahan Dalam Bahasa Indonesia
Dongeng
Kerbau Putih Dan Wadhekamomombheludhu
Kerbau putih menanam mangga di belakang rumah raja kampung, seiring dengan jalannya waktu mangga yang ditanamnya itu mulai berbuah, namun mangga tersebut hanya memiliki satu buah saja. Suatu hari Wadhekamomombheludhu pergi di belakang rumahnya untuk mencari buah yang ada di dalam hutan. Tetapi ia tidak sampai di dalam hutan karena ia mencium harumnya mangga masak. Disitulah Wadhekamomombheludhu singgah dibawah pohon mangga untuk mencari buah mangga yang jatuh, ternyata ia mendapat satu buah mangga yang sudah masak. Setelah ia memakannya Wadhekamomombheludhu pulang kerumahnya.
Tiba-tiba karakarambau bula datang melihat buah mangganya, ternyata buah mangganya sudah tidak ada, disitulah karakarambau bula marah dan mulai memasuki perkampungan dan mampir dirumah-rumah warga. Rumah pertama, penghuni rumah tersebut berkata “ee...kerbau putih ini kasian, kasihkan dia rokok, kasihkan dia sirih” kerbau putihpun menjawab “saya tidak mau meroko, saya tidak mau makan sirih. Yang saya inginkan hanya kalian tertawa terbahak-bahak. Sampai seterusnya hingga tujuh rumah. Rumah ketujuh ternyata rumah raja kampung, raja kampung berkata “ee...kerbau putih ini kasian, kasihkan dia rokok, kasihkan dia sirih” kerbau putihpun menjawab “saya tidak mau meroko, saya tidak mau makan sirih. Yang saya inginkan hanya kalian tertawa terbahak-bahak”. Raja dan istrinya pun tertawa terbahak-bahak. Namun Wadhekamomombheludhu hanya diam saja. Kerbau putih berkata “kenapa Wadhekamomombheludhu tiidak tertawa?” raja kampung menjawab “mungkin dia lag malas untuk tertawa” karakarambau bula berkata “coba saya kasih geli-geli” Wadhekamomombheludhu pun tertawa terbahak-bahak. Disitulah kerbau putih melihat gigi Wadhekamomombheludhu berwarna merah. Kerbau putih berkata “berkemaslah Wadhekamomombheludhu” Wadhekamomombheludhu pun memakai semua perhiasannya dan kerbau putih membawa Wadhekamomombheludhu kedalam hutan berlari dengan sekencang-kencangnya, tidak menghiraukan lagi perhiasan Wadhekamomombheludhu yang jatuh satu persatu. Yang tersisa hanyalah sarung yang ada dibadannya. Kerbau putihpun merasa kelelahan dan akhirnya mereka singgah beristirahat di bawah poho waru dan Wadhekamomombheludhu diturunkan dari punggungnya, kerbau putih berkata “kamu tunggu disini, saya akan pergi memanggil teman-temanku”. Setelah kerbau putih pergi, Wadhekamomombheludhu mencari pohon yang bisa ia panjat ternyata disamping pohon waru tersebut, ada pohon yang batangnya belum terlalu besar hanya mempunyai satu dahan. Wadhekamomombheludhu pun naik diatas pohon tersebut dan berkata “mudah-mudahan pohon yang saya naiki ini akan bertambah tinggi” tiga kali ia ucapkan kalimat tersebut, pohon itu langsung bertambah tinggi sekejap mata ampir sampai di awan. Wadhekamomombheludhu melihat kerbau putih datang bersama rombongan teman-temannya dan mengeluarkan suara yang ramai sekali. Setelah sampai di pohon waru, mereka mencari Wadhekamomombheludhu, salah satu teman kerbau putih berkata “mana manusia yang kamu ceritakan tadi?” kerbau putih menjawab “tadi saya simpan disini”. Sekian lama mereka mencari dan tidak terlihat juga, akhirnya teman-teman kerbau putih marah dan langsung memakan kerbau putih sampai darahnya pun tidak tersisa.
Setelah kerbau putih mati, Wadhekamomombheludhu milai mencari jalan untuk pulang, lewatlah seekor burung gagak disampingnya, Wadhekamomombheludhu berkata kepada burung gagak tersebut “bantu saya burung gagak” burung gagak menjawab “bagaimana caranya saya mau bantu kamu, sementara sayapku saja saya tidak bisa bawa” kemudian lewatlah seekor burung pipit, Wadhekamomombheludhu berkata “bantu saya burung pipit” burung pipit tersebut langsung hinggap didahan pohon itu, dan menyuruh Wadhekamomombheludhu untuk naik diatas punggungna. Setelah Wadhekamomombheludhu naik, burung tersebut langsung terbang, tidak lama kemudian tibalah di rumah Wadhekamomombheludhu dan ia hinggapkan di dahan pohon pepaya. Burung tersebut berkata “Wadhekamomombheludhu sudah tiba” secara berulang-ulang ia ucapkan dan raja kampung berkata “ah Wadhekamomombheludhu apa, Wadhekamomombheludhu sudah lama mati” karena burung pipit tersebut tidak berhenti bicara akhirnya raja kampung menyuruh dayang-dayangnya untuk melihat burung itu. Dayang-dayangnya pun pergi untuk melihat burung itu ternyata Wadhekamomombheludhu benar masih nidup, dan mereka langsung pulang memberitahu raj kampung, setelah diberi tahu, raja kampung berkata kepada dayang-dayangnya “seandaina perkataan kalian tidak benar, saya akan mencincang kalian seperti belut” dayang-dayangnya menjawab “iya” raja pun pergi melihat, ternyata memang benar apa yang dikatakan dayang-dayangnya.
Dipanggilah burung pipit, diberi pilihan berbagai macam emas, tetapi burung tersebut hanya mengambil gelang kaki. Setelah itu ia terbang dan selalu berkata kepada teman-temannya yang tidak membantu Wadhekamomombheludhu “saya terbang dengan kaki yang bunyi-bunyi dan saya hinggap dengan kaki yang bunyi-bunyi. Burung lain yang tidak membantu Wadhekamomombheludhu merasa iri dan selalu mamatuk burung pipt sampai terjatuh di tanah.
Dengan pulang Wadhekamomombheludhu raja kampung membuat acara selama tujuh hari tujuh malam.

C.      Menganalisis Dongeng Dengan Menggunakan Unsur Intrinsik dan Unsur Ekstrinsik.

v  Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur yang terdapat dalam kara sastra seperti prosa, dongeng dll. Unsur intrinsik meliputi: tema, alur, latar, penokohan, amanat, gaya bahasa dan sudut pandang



1.        Tema
Tema adalah gagasan ide atau pikiran utama didalam sebuah cerita.
Tema atau pikiran utama dalam Dongeng Karakarambau bula Bhe Wadhekamomombheludhu adalah pertentangan antara karakarambau bula dengan Wadhekamomombheludhu.
2.        Alur
Alur adalah jalinan peristiwa dari awal sampai klimaks serta penyelesaian.
Dongeng Karakarambau bula Bhe Wadhekamomombheludhu menggunakan alur maju karna dalam dongeng ini pengarang menceritakan dari awal sampai akhir cerita.
3.        Latar
Latar adalah bagian dari sebuah prosa yang isinya melukiskan tempat cerita terjadi dan menjelaskan kapan cerita itu berlaku.
a.         Latar tempat
Latar tempat artinya tempat kejadian peristiwa. Dalam dongeng Karakarambau bula Bhe Wadhekamomombheludhu:
-            Di perkampungan
-            Dirumah raja kampung
-            Di hutan


b.        Latar waktu
Latar waktu artinya kapan peristiwa itu terjadi, dalam dongeng Laalaani Bhe Wathentanafari terjadi:
-       Siang hari.

c.         Latar sosial
Latar sosial berhubungan dengan kebiasaan masyarakat seperti adat istiadat, agama dan tradisi.
Dalam dongeng Karakarambau bula Bhe Wadhekamomombheludhu kehidupan masyarakatnya mesih bersifat tradisional dan sudah memiliki adat istiadat karena ditandai dengan adanya pimpinan (raja kampung).

4.        Tokoh Dan Watak Tokoh
Penokohan adalah pemberian watak terhadap pelaku-pelaku cerita dalam sebuah karya sastra. Tokoh-tokoh dalam dongeng Karakarambau bula Bhe Wadhekamomombheludhu:
a.         Tokoh
-       Tokoh utama
Tokoh uatama dalam dongeng Karakarambau bula Bhe Wadhekamomombheludhu adalah Karakarambau bula dan Wadhekamomombheludhu

-       Tokoh pelengkap
Tokoh pelengkap dalam dongeng Karakarambau bula Bhe Wadhekamomombheludhu adalah: raja dan burung pipit

b.        Watak tokoh
-       Karakarambau bula
Karakarambau bula mempunyai watak kejam karena ia tidak memiliki rasa belas kasih terhadap orang lain
-       Wadhekamomombheludhu
memiliki watak yang bertanggung jawab karena ia bisa mempertanggung jawabkan kesalahannya.
-       Raja
Raja memiliki watak yang pasrah karena saat anaknya dibawa oleh karakarambau bula ia hanya diam saja.
-       Burung pipit
Burung pipit memiliki watak yang penolong karena ia mau menolong  Wadhekamomombheludhu.
5.        Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan dalam dongeng ini adalah sudut pandang orang kedua karena dalam dongeng ini seolaolah pengarang mencritakan tentang kisah seseorang.



6.        Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca melalui karyanya. yang akan disembunyikan pengarang dalam keseluruhan cerita.
Amat dalam doneng Karakarambau bula Bhe Wadhekamomombheludhu adalah  sebagai manusia, kita tidak boleh mengambil barang orang tanpa sepengetahuan pemiliknya.

v  Unsur ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur yang terdapat diluar karya sastra meliputi norma, sosial, budaya dan ekonomi.
Didalam dongeng Karakarambau bula Bhe Wadhekamomombheludhu jika dihubungkan dengan kehidupan saat ini, memberikan pemahaman kepada pembaca tentang bagaimana berkehidupan sosial yang baik dalam lingkungan bermasyarakat.


HAKIKAT PEMBELAJARAN

Hakikat Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan berbagai komponen yang saling berhubungan. Komponen-komponen tersebut antara lain guru,  siswa, materi, media, suasana pembelajaran, dan sebagainya. Begitu kompleksnya kegiatan pembelajaran sehingga masing-masing komponen tersebut harus mampu bekerja sama dengan baik sejak awal kegiatan sampai dengan kegiatan berakhir. ;Tujuan yang diinginkan dari rumusan tersebut adalah terciptanya kegiatan pembelajaran yang efektif, efisien, dan menyenangkan. Dari kegiatan pembelajaran yang seperti ini akan memicu kreativitas siswa untuk meningkatkan kemampuannya.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, kemampuan yang mestinya dikembangkan siswa, yaitu kemampuan berpikir dan bernalar, kepekaan sosial dan perasaan siswa, menikmati dan menghayati keindahan bahasa melalui karya-karya sastra. Hendaknyapembelajaran yang terjadi dapat dipersiapkan dan dilaksanakan dengan sungguh sungguh agar tujuan dari setiap pembelajaran mencapai hasil akhir yang memuaskan.
Ahlan Husein dan Rahman (1996: 3) menyatakan bahwa pembelajaran mengandung pengertian proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Makhluk hidup yang dimaksud adalah siswa, yaitu warga belajar yang mempunyai tugas belajar.
Menurut Oemar Hamalik (2003: 57), pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Beliau juga mengemukakan bahwa ada tiga pengertian pembelajaran berdasarkan teori belajar, yaitu : (1) pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar para peserta didik; (2) pembelajaran adalah upaya mempersiapkan anak didik untuk menjadi ,warga masyarakat yang baik; dan (3) pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.
Pembelajaran adalah proses belajar. Pembelajaran merupakan proses belajar yang dilakukan oleh siswa dalam memahami materi kajian yang tersirat dalam pembelajaran. Pembelajaran bersinonim dengan istilah proses belajar, kegiatan belajar, atau pengalaman belajar. Pembelajaran menjadi titik tolak dalam merancang, merencanakan, dan mengevaluasi proses belajar mengajar bahasa Indonesia (Tarigan dan Akhlan Husein, 1996: 4).
Tarigan dan Akhlan Husein (1996: 13-14) menambahkan, ciri-ciri atau criteria pembelajaran, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
(1) pembelajaran bahasa Indonesia harus memiliki pijakan tertentu sebagai dasar pengembangannya, misalnya pelajaran yang lain, pengalaman siswa, atau peristiwaperistiwa penting;
(2) pembelajaran bahasa Indonesia harus meningkatkan keterampilan berbahasa siswa;
(3) pembelajaran bahasa Indonesia meningkatkan kreativitas daya pikir dan daya nalar siswa;
(4) pembelajaran bahasa Indonesia hendaknya bervariasi;
(5) pembelajaran bahasa Indonesia meningkatkan kepekaan siswa terhadap keindahan bahasa  dan ragam atau variasi bahasa Indonesia;
(6) pembelajaran bahasa Indonesia meningkatkan interaksi siswa-guru-siswa;
(7) pembelajaran bahasa Indonesia memungkinkan siswa mengalami berbagai kegiatan berbahasa yang sesuai dengan situasinya;
(8) pembelajaran bahasa Indonesia meningkatkan pengetahuan dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia; dan
(9) hasil pembelajaran dapat dinilai.
Subroto (dalam Gino, dkk 2000: 15) menjelaskan bahwa sebagai suatu usaha pembelajaran memiliki 3 ciri utama, yaitu:
1.    ada aktivitas yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri pembelajar baik actual maupun potensial;
2.    perubahan itu berupa diperolehnya kemampuan baru dan berlaku untuk waktu yang lama; dan
3.    perubahan itu terjadi karena suatu usaha yang dilakukan secara sadar.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses atau ,cara yang dilakukan guru, siswa, dan komponen pembelajaran lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan
Pengertian Pengalaman
pengalaman adalah kejadian yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung dsb) baik yang sudah lama atau baru saja terjadi. Pengalaman bisa berupa :yang terpenting dari pengalaman adalah hikmah atau pelajaran yang bisa diambil.
Menceritakan Berbagai Pengalaman Pribadi dengan Pilihan Kata dan Ekspresi yang Tepat
Ringkasan Mari:
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993) pengalaman diartikan: (n) yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung, dan sebagainya). Berbagai pengalaman bisa saja terjadi pada diri setiap orang, baik pengalaman lucu, mengharukan, menyedihkan, menggembirakan, maupun membanggakan.

Pengalaman lucu adalah pengalaman yang menggelikan hati, jenaka, atau mampu menimbulkan tertawa.

Pengalaman mengharukan adalah pengalaman yang mampu menimbulkan rawan hati atau merawankan hati karena mendengar / melihat sesuatu.
   
Pengalaman menyedihkan adalah pengalaman yang menimbulkan rasa sedih atau (pilu) dalam hati atau menyusahkan hati.

Pengalaman menggembirakan adalah pengalaman yang menjadikan seseorang gembira atau membangkitkan rasa gembira.

Pengalaman membanggakan adalah pengalaman yang menimbulkan rasa bangga atau menjadikan besar hati. 

  
Contoh:

Hening Cipta … Sudah

            Menjadi pembina upacara itu memang mengenakkan. Dihormati banyak peserta, diberi hak memberi wejangan, dan bisa marah. Karena itu, saya kerap mengirikan posisi itu. Namun sepanjang hidup, posisi itu tak juga saya dapatkan. Sampai Agustus lalu, ketika atasan saya sakit, saya pun menjadi pembina upacara, posisi yang sangat saya inginkan itu.
            Tapi, tahukah Anda? Bukan bahagia yang saya dapat, melainkan rasa malu.
            Sebenarnya, semuanya berjalan lancar. Dari awal, saya santai dan tenang. Dengan suara yang saya berat-beratkan untuk menambah wibawa dan muka yang saya tekuk serius, saya berkata, ”Untuk mengenang jasa para pahlawan yang rela berkorban demi kemerdekaan yang sedang kita nikmati kini, marilah kita mengheningkan cipta sejenak dan mendoakan mereka. Hening cipta …, mulai!
            Suasana langsung hening. Lagu himne pun berkumandang, pelan, syahdu, menyentuh. Saya pun terbawa suasana, hanyut. Sampai lagu akan berakhir, saya masih menikmati momen itu. Dan lagu pun akan berakhir. Tapi, duhh… Masya Allah, saya tidak tahu bagaimana mengakhiri hening cipta itu. Sibuk memori saya mencari-cari, tetapi tak juga menemukan kalimat yang pas Apakah hening cipta tamat, usai, selesai, atau apa? Duhh… Gusti.
            Saya menangkap keresahan peserta upacara. Saya pun gugup. Keringat mulai menetes. Tengkuk dan ketiak saya pun basah. Gerah sekali. Tanpa sadar, saya menengadahkan kepala. Tapi, ternyata banyak peserta upacara yang sudah menengadahkan kepala dan menatap saya. Refleks, saya menunduk. Dengan suara gemetar, saya katakana, ”Hening cipta… sudah!”
            Dan, inilah yang tak saya bayangkan. Suasana khusyuk, khidmat, tenang, dan penuh rasa terima kasih pada pahlawan langsung cair.
Gerrr…. Semua peserta tertawa. Saya sendiri berpura-pura tidak tahu kesalahan saya.
            Sesi upacara selanjutnya berjalan lancar, tetapi saya yang sudah kehilangan kepercayaan diri hanya memberi wejangan singkat tentang disiplin. Begitu upacara selesai, saya bertanya kepada pemimpin upacara. ”Apa sih kalimat untuk mengakhiri hening cipta tadi?” Spontan dia tertawa. Jangan sudah, Pak. Tapi, hening cipta… selesai. Ha-ha….”
            Saya hanya mengusap peluh yang masih menetes di kening saya. Huh, ternyata tak nikmat menjadi Pembina upacara, ya?

                           (Drs. Slamet Edi Santosa, Cempaka dalam Sri Rahardjo: 17)
















  3. Afektif
          a. karakter
•    Kerja sama
•    Kreatif
•    Tanggung jawab
•    Berpikir logis dan kritis
•    Bersahabat komunikatif
          b. keterampilan sosial
•    Bertanya dan memberi tanggapan dengan bahasa yang baik dan benar.
•    Menyumbang ide.
•    Menjadi pembaca dan pendengar yang apresiatif.
D. Tujuan Pembelajaran
     1. Kognitif
         a. Produk
•    Secara mandiri siswa dapat menjelaskan konsep tentang pengalamam pribadi (yang lucu, menyenangkan mengharukan, dan sebagainya) dengan piliahan kata dan ekspresi yang tepat.
         b. Proses
•    Siswa diberikan kesempatan secara begiliran untuk menyampaikan secara lisan pengalaman pribadi (yang lucu, menyenangkan, mengharukan, dan sebagainya) dengan pilihan kata dan ekspresi yang tepat dengan mengerjakan LKS 1 produk.
•    Secara mandiri memberikan tanggapan dengan alasan yang logis pengalaman pribadi yang disampaikan teman.
     2. Psikomotor
•    Memberikan tanggapan dengan alasan yang logis pengalaman yang diceritakan.