A. Dongeng
dalam bahasa daerah muna
Kapu-kapuuna
Karakarambau Bula Bhe Wadhekamomombheludhu
Karakarambau bula ini netisaamo o foo seghonu,
naseha-sehae katisano maitu nokobhakemo. Wadhekamomombheludhu ini nokalamo
wekundono lambuno, nokala neghondohi o bhelomba. Gara miina narumato we
keutahano bhelomba, nofewonomu kawonduno foo. Noangkamo we koro foo maka
neghondohi. Gara ini, bakeno foo karakarambau bula nokutumo. Noeneemo Wadhekamomombheludhu
maka nofumaae.
Nase-hasehae karakarambau bula nokalamo noghondohi
bhakeno foono ghara minaemo. Nomamaraamo karakarambau bula ini. Nokalamo welo
liwu, maka nokala we kolambuno, saratono nofoni welolambu. Nobisaramo kolambuno
ambano “ingka karakarambau bula itu aini kaasi” nobisaramo karakarambau bula
“inodi paa” ambano kolambuno “waghomesogho waghomepagho” amba karakarambau bula
“akido aeso akidi aepaa, somano mofotaa mbarara” nofotaamo kolambuno gara mina
nanumando modedeano wangka. Samppe fitu ghonu lambu kakalahano, peda kansuru
anagha karakarambau bula nobisara. Nefitu ghonuno lambunagha gara lambuno
kolakino liwu. Kolakino liwu nobisaramo ambano “ingka karakarambau bula itu
aini kaasi waghomesogho waghomepagho” amba karakarambau bula “akido aeso akidi
aepaa, somano mofotaa mbarara” nofotaamo kolakino lambu bhe ibuno gara ta Wadhekamomombheludhu
pata motaano bisaramo karakarambau bula “noafa itu kaasi Wadhekamomombheludhu
miina namotagho” nobisaramo kolakino liwu “miina narumungku lalono bhahi” amba
karakarambau bula “toba paa akumilikilie” nokilikliemo karakrambau bula
nokilikili Wadhekamomombheludhu. Aitumaka Wadhekamomombheludhu nofotaa
tonokaraamu, naitu karakarambau bula nowura wangka Wadhekamomombheludhu tono
kadeadeamo. Nobisaramo karakarambau bula ambano “mepakesi aitu dokalaana”
dofopakeanemu Wadhekamomombheludhu kosibabarihae bulawano. Nokalaanemo
karakarambau bula noowae welo sangku. Noedaane karakarambau bula, nowolo
notikaisi bulawa Wadhekamomombheludhu, nowule kaawu noedaane novetumpumu
karakarambau bula, nofewule we korono bontu. Maka karakarambau bula nokala
nobasi sabhangkahino, gara Wadhekamomombheludhu nowora olele naho sekampana,
nofonimo ne lele anagha bhe nobisara “sio-sionomo lele kafonihaku ini
napotubhari kalangke” tolu paku neulangie wambano, lele kafonihano halighoomu
noratoe kawea bunta. Nowuramo karakarambau bula nomai bhe sabhangkahino
khabarindo todoowaowahimu karumbu dokala. Nobisaramo sabhangkahino karakarambau
bula ini “hamaiemo itu mie kapulughomu” amba karakarambau bula “ingka naini
kone aniini bhelahi afongkorae ne korono bontu” nowule kaawu doghondohie,
dofumaamo karakarambau bula dopipisie bhe reano.
Nomate kaawu karakarambau bula, Wadhekamomombheludhu neghondohimu
cara sanahumundagho nasumuli welambundo. Wadhekamomombheludhu nefetulumimo ne
manu-manu okatogha ambano “tulumi kanawu bhela wa ogha!” ambano katogha
“tamolimu dhua atulumi ihintu maemu paniku ini taambulu-ambulumo” gara ini
noliumo piikore ambano ”tulumi kanau wa ore!” nopeemu pikore ne lele, nofonimo Wadhekamomombheludhu
te towhuno pikore maka nohoro ane nopeane wekapaea nggiri-nggiri, bhe nobisara
pikore “aini haemo Wadhekamomombheludhu” fitu paku noulangie wambano pikore,
ambano kolakino liwu “ah.. Wadhekamomombheludhu hae dhua, Wadhekamomombheludhu
nomponamo nomate nokobubumu wangkano welo wite” notudumo kafolatehino dakumala
daghumondoe, gara bhe Wadhekamomombheludhu kotughu. Nosulimo kafolatehino maka
noforato kolakino liwu. Ambano kolakino liwu “ohunda adumodoko pedaolinta ane
omekabuangka” ambano kafolatehino “umbe” nokala noghondoe kolakino liwu, ghara Wadhekamomombheludhu
kotughu.
Dobhasiemo pikore maka dofopilie sabhara bhulawa, gara
opikore neala nggiri-nggiri maka notapue we ghagheno. Pada kaawu anagha opikore
nohoromo ambano “apebhengginggiiku ahobheginggiiku” nongkaukaulehi manu-manu
peda aniini pata tumulumino Wadhekamomombheludhu, dosawue pikore bhe nokutu we
wite.
Wadhekamomombheludhu dorame-rameanemu fitu gholeo fitu
alo.
B. Terjemahan
Dalam Bahasa Indonesia
Dongeng
Kerbau Putih Dan Wadhekamomombheludhu
Kerbau putih menanam mangga di belakang rumah raja
kampung, seiring dengan jalannya waktu mangga yang ditanamnya itu mulai
berbuah, namun mangga tersebut hanya memiliki satu buah saja. Suatu hari Wadhekamomombheludhu
pergi di belakang rumahnya untuk mencari buah yang ada di dalam hutan. Tetapi
ia tidak sampai di dalam hutan karena ia mencium harumnya mangga masak.
Disitulah Wadhekamomombheludhu singgah dibawah pohon mangga untuk mencari buah
mangga yang jatuh, ternyata ia mendapat satu buah mangga yang sudah masak.
Setelah ia memakannya Wadhekamomombheludhu pulang kerumahnya.
Tiba-tiba karakarambau bula datang melihat buah
mangganya, ternyata buah mangganya sudah tidak ada, disitulah karakarambau bula
marah dan mulai memasuki perkampungan dan mampir dirumah-rumah warga. Rumah
pertama, penghuni rumah tersebut berkata “ee...kerbau putih ini kasian,
kasihkan dia rokok, kasihkan dia sirih” kerbau putihpun menjawab “saya tidak
mau meroko, saya tidak mau makan sirih. Yang saya inginkan hanya kalian tertawa
terbahak-bahak. Sampai seterusnya hingga tujuh rumah. Rumah ketujuh ternyata
rumah raja kampung, raja kampung berkata “ee...kerbau putih ini kasian,
kasihkan dia rokok, kasihkan dia sirih” kerbau putihpun menjawab “saya tidak
mau meroko, saya tidak mau makan sirih. Yang saya inginkan hanya kalian tertawa
terbahak-bahak”. Raja dan istrinya pun tertawa terbahak-bahak. Namun Wadhekamomombheludhu
hanya diam saja. Kerbau putih berkata “kenapa Wadhekamomombheludhu tiidak
tertawa?” raja kampung menjawab “mungkin dia lag malas untuk tertawa”
karakarambau bula berkata “coba saya kasih geli-geli” Wadhekamomombheludhu pun
tertawa terbahak-bahak. Disitulah kerbau putih melihat gigi Wadhekamomombheludhu
berwarna merah. Kerbau putih berkata “berkemaslah Wadhekamomombheludhu” Wadhekamomombheludhu
pun memakai semua perhiasannya dan kerbau putih membawa Wadhekamomombheludhu
kedalam hutan berlari dengan sekencang-kencangnya, tidak menghiraukan lagi
perhiasan Wadhekamomombheludhu yang jatuh satu persatu. Yang tersisa hanyalah
sarung yang ada dibadannya. Kerbau putihpun merasa kelelahan dan akhirnya
mereka singgah beristirahat di bawah poho waru dan Wadhekamomombheludhu
diturunkan dari punggungnya, kerbau putih berkata “kamu tunggu disini, saya
akan pergi memanggil teman-temanku”. Setelah kerbau putih pergi, Wadhekamomombheludhu
mencari pohon yang bisa ia panjat ternyata disamping pohon waru tersebut, ada
pohon yang batangnya belum terlalu besar hanya mempunyai satu dahan. Wadhekamomombheludhu
pun naik diatas pohon tersebut dan berkata “mudah-mudahan pohon yang saya naiki
ini akan bertambah tinggi” tiga kali ia ucapkan kalimat tersebut, pohon itu
langsung bertambah tinggi sekejap mata ampir sampai di awan. Wadhekamomombheludhu
melihat kerbau putih datang bersama rombongan teman-temannya dan mengeluarkan
suara yang ramai sekali. Setelah sampai di pohon waru, mereka mencari Wadhekamomombheludhu,
salah satu teman kerbau putih berkata “mana manusia yang kamu ceritakan tadi?”
kerbau putih menjawab “tadi saya simpan disini”. Sekian lama mereka mencari dan
tidak terlihat juga, akhirnya teman-teman kerbau putih marah dan langsung
memakan kerbau putih sampai darahnya pun tidak tersisa.
Setelah kerbau putih mati, Wadhekamomombheludhu milai
mencari jalan untuk pulang, lewatlah seekor burung gagak disampingnya, Wadhekamomombheludhu
berkata kepada burung gagak tersebut “bantu saya burung gagak” burung gagak
menjawab “bagaimana caranya saya mau bantu kamu, sementara sayapku saja saya
tidak bisa bawa” kemudian lewatlah seekor burung pipit, Wadhekamomombheludhu
berkata “bantu saya burung pipit” burung pipit tersebut langsung hinggap
didahan pohon itu, dan menyuruh Wadhekamomombheludhu untuk naik diatas
punggungna. Setelah Wadhekamomombheludhu naik, burung tersebut langsung
terbang, tidak lama kemudian tibalah di rumah Wadhekamomombheludhu dan ia hinggapkan
di dahan pohon pepaya. Burung tersebut berkata “Wadhekamomombheludhu sudah
tiba” secara berulang-ulang ia ucapkan dan raja kampung berkata “ah Wadhekamomombheludhu
apa, Wadhekamomombheludhu sudah lama mati” karena burung pipit tersebut tidak
berhenti bicara akhirnya raja kampung menyuruh dayang-dayangnya untuk melihat
burung itu. Dayang-dayangnya pun pergi untuk melihat burung itu ternyata Wadhekamomombheludhu
benar masih nidup, dan mereka langsung pulang memberitahu raj kampung, setelah
diberi tahu, raja kampung berkata kepada dayang-dayangnya “seandaina perkataan
kalian tidak benar, saya akan mencincang kalian seperti belut” dayang-dayangnya
menjawab “iya” raja pun pergi melihat, ternyata memang benar apa yang dikatakan
dayang-dayangnya.
Dipanggilah burung pipit, diberi pilihan berbagai macam
emas, tetapi burung tersebut hanya mengambil gelang kaki. Setelah itu ia
terbang dan selalu berkata kepada teman-temannya yang tidak membantu Wadhekamomombheludhu
“saya terbang dengan kaki yang bunyi-bunyi dan saya hinggap dengan kaki yang
bunyi-bunyi. Burung lain yang tidak membantu Wadhekamomombheludhu merasa iri
dan selalu mamatuk burung pipt sampai terjatuh di tanah.
Dengan pulang Wadhekamomombheludhu raja kampung membuat
acara selama tujuh hari tujuh malam.
C. Menganalisis
Dongeng Dengan Menggunakan Unsur Intrinsik dan Unsur Ekstrinsik.
v
Unsur Intrinsik
Unsur
intrinsik adalah unsur yang terdapat dalam kara sastra seperti prosa, dongeng
dll. Unsur intrinsik meliputi: tema, alur, latar, penokohan, amanat, gaya
bahasa dan sudut pandang
1.
Tema
Tema adalah gagasan
ide atau pikiran utama didalam sebuah cerita.
Tema atau pikiran utama dalam Dongeng Karakarambau bula
Bhe Wadhekamomombheludhu adalah pertentangan antara karakarambau bula dengan
Wadhekamomombheludhu.
2.
Alur
Alur
adalah jalinan peristiwa dari awal sampai klimaks serta penyelesaian.
Dongeng Karakarambau bula Bhe Wadhekamomombheludhu
menggunakan alur maju karna dalam dongeng ini pengarang menceritakan dari awal
sampai akhir cerita.
3.
Latar
Latar adalah bagian
dari sebuah prosa yang isinya melukiskan tempat cerita terjadi dan menjelaskan
kapan cerita itu berlaku.
a.
Latar
tempat
Latar tempat artinya tempat kejadian peristiwa. Dalam
dongeng Karakarambau bula Bhe Wadhekamomombheludhu:
-
Di
perkampungan
-
Dirumah
raja kampung
-
Di
hutan
b.
Latar
waktu
Latar
waktu artinya kapan peristiwa itu terjadi, dalam dongeng Laalaani Bhe
Wathentanafari terjadi:
-
Siang
hari.
c.
Latar
sosial
Latar sosial
berhubungan dengan kebiasaan masyarakat seperti adat istiadat, agama dan
tradisi.
Dalam
dongeng Karakarambau bula Bhe Wadhekamomombheludhu kehidupan masyarakatnya
mesih bersifat tradisional dan sudah memiliki adat istiadat karena ditandai
dengan adanya pimpinan (raja kampung).
4.
Tokoh Dan Watak Tokoh
Penokohan adalah pemberian watak terhadap pelaku-pelaku
cerita dalam sebuah karya sastra. Tokoh-tokoh dalam dongeng Karakarambau bula
Bhe Wadhekamomombheludhu:
a.
Tokoh
-
Tokoh
utama
Tokoh uatama dalam dongeng Karakarambau bula Bhe
Wadhekamomombheludhu adalah Karakarambau bula dan Wadhekamomombheludhu
-
Tokoh
pelengkap
Tokoh pelengkap dalam dongeng Karakarambau bula Bhe
Wadhekamomombheludhu adalah: raja dan burung pipit
b.
Watak
tokoh
-
Karakarambau
bula
Karakarambau
bula mempunyai watak kejam karena ia tidak memiliki rasa belas kasih terhadap
orang lain
-
Wadhekamomombheludhu
memiliki
watak yang bertanggung jawab karena ia bisa mempertanggung jawabkan
kesalahannya.
-
Raja
Raja
memiliki watak yang pasrah karena saat anaknya dibawa oleh karakarambau bula ia
hanya diam saja.
-
Burung
pipit
Burung
pipit memiliki watak yang penolong karena ia mau menolong Wadhekamomombheludhu.
5.
Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan dalam dongeng ini adalah
sudut pandang orang kedua karena dalam dongeng ini seolaolah pengarang
mencritakan tentang kisah seseorang.
6.
Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan penulis kepada
pembaca melalui karyanya. yang akan disembunyikan pengarang dalam keseluruhan
cerita.
Amat dalam doneng Karakarambau bula Bhe
Wadhekamomombheludhu adalah sebagai
manusia, kita tidak boleh mengambil barang orang tanpa sepengetahuan
pemiliknya.
v
Unsur ekstrinsik
Unsur
ekstrinsik adalah unsur yang terdapat diluar karya sastra meliputi norma,
sosial, budaya dan ekonomi.
Didalam dongeng Karakarambau bula Bhe
Wadhekamomombheludhu jika dihubungkan dengan kehidupan saat ini, memberikan
pemahaman kepada pembaca tentang bagaimana berkehidupan sosial yang baik dalam
lingkungan bermasyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar