Selamat Datang di Blog Kajian Sastra Daerah

Minggu, 03 Juni 2012

WACANA

. Pengertian Wacana Wacana sebagai dasar dalam pemahaman teks sangat diperlukan masyarakat dalam berkomunikasi dengan informasi secara utuh. Wacana yang baik harus memperhatikan isi (informasi) yang koheren dan keruntutan unsur pendukung (kohesi). Wacana berasal dari bahasa Inggris discourse, yang artinya antara lain ”Kemampuan untuk maju menurut urutan-urutan yang teratur dan semestinya.” Pengertian lain, yaitu ”Komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun tulisan, yang resmi dan teratur.” Jadi, wacana dapat diartikan adalah sebuah tulisan yang teratur menurut urut-urutan yang semestinya atau logis. Dalam wacana setiap unsurnya harus memiliki kesatuan dan kepaduan. Setiap wacana memiliki tema untuk diuraikan atau diceritakan dalam wacana. Tema berfungsi sebagai pengikat agar isi wacana teratur, terarah dan tidak menyimpang kesana-kemari. Sebelum menulis wacana, seseorang harus terlebih dahulu menentukan tema, setelah itu baru tujuan. Tujuan ini berkaitan dengan bentuk atau model isi wacana. Tema wacana akan diungkapkan dalam corak atau jenis tulisan seperti apa itu bergantung pada tujuan dan keinginan si penulis. Setelah menetapkan tujuan, penulis akan membuat kerangka karangan yang terdiri atas topik-topik yang merupakan penjabaran dari tema. Topik-topik itu disusun secara sistematis. Hal itu dibuat sebagai pedoman agar karangan dapat terarah dengan memperlihatkan pembagian unsur-unsur karangan yang berkaitan dengan tema. Dengan itu, penulis dapat mengadakan berbagai perubahan susunan menuju ke pola yang sempurna. J.S. Badudu (2000) memaparkan wacana sebagai rentetan kalimat yang berkaitan dengan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa wacana merupakan kesatuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan,yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata,disampaikan secara lisan dan tertulis. Wacana yang padu adalah wacana yang apabila dilihat dari segi hubungan bentuk atau strukturnya bersifat kohesif dan dilihat dari struktur maknanya bersifat koheren. Kita ketahui bahwa sebuah wacana itu dapat berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan maksud penulis kepada pembaca. Apabila suatu wacana tidak memperhatikan aspek kebahasaan yang baik dan tidak memperhatikan kohesi dan koherensinya maka wacana tersebut tidak padu dan tidak menarik, sehingga informasi yang disampaikan oleh penulis tidak akan sampai kepada pembacanya. B. Jenis-jenis Wacana 2.2.1. Berdasarkan media penyampaian: wacana lisan dan tulisan 1 Wacana lisan dihasilkan secara lisan yang melibatkan komunikasi langsung antara penutur dengan pendengar. Dalam wacana lisan, ekspresi wajah, nada suara, gerak badan dan sebagainya berfungsi untuk menyampaikan sesuatu perkara kepada pendengar. Contohnya ialah perbualan harian, temu ramah, ceramah, ucapan, khutbah, siaran televisyen dan radio. 2 Wacana tulisan pula ialah wacana yang disampaikan secara bertulis yang melibatkan hubungan antara penulis dengan pembaca. Komunikasi yang berlaku ialah komunikasi satu arah atau tidak langsung. Penulis tidak mendapat reaksi pembaca pada masa itu kerana penulis tidak berdepan dengan pembaca. Contoh wacana tulisan ialah rencana, akhbar, majalah, buku dan novel. 2.2.2. Berdasarkan pengungkapan: wacana langsung dan tidak langsung 2.2.3. Berdasarkan bentuk : wacana prosa, puisi dan dramai Leech mengklasifikasikan wacana berdasarkan fungsi bahasa seperti dijelaskan berikut ini; 1. Wacana ekspresif, apabila wacana itu bersumber pada gagasan penutur atau penulis sebagai sarana ekspresi, seperti wacana pidato; 2. Wacana fatis, apabila wacana itu bersumber pada saluran untuk memperlancar komunikasi, seperti wacana perkenalan pada pesta; 3. Wacana informasional, apabila wacana itu bersumber pada pesan atau informasi, seperti wacana berita dalam media massa; 4. Wacana estetik, apabila wacana itu bersumber pada pesan dengan tekanan keindahan pesan, seperti wacana puisi dan lagu; 5. Wacana direktif, apabila wacana itu diarahkan pada tindakan atau reaksi dari mitra tutur atau pembaca, seperti wacana khotbah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar