Selamat Datang di Blog Kajian Sastra Daerah

Sabtu, 02 Juni 2012

SEJARAH PERKEMBANGAN JURNALISTIK

Perkembangan jurnalistik dimulai dari perkembangan publistik sebagai pengetahuan kemasyarakatan dalam bidang pernyataan antar manusia. Namun, gejalanya sudah tampak. Berdasarkan pada sifat manusia yang selalu menghubungkan diri dan mencari hubungan dengan sesama serta lingkungannya, menunjukkan bahwa karya publistik itu mempunyai usia yang sama dengan umur manusia itu sendiri.
Adapun usaha untuk melaksanakan hubungan antar manusia di antaranya adalah saling menyatakan atau menyiarkan dan saling menerima gerak kehendak serta cipta rasanya masing-masing hingga dalam perkembangan peradabannya timbul berbagai macam pengetahuan, seperti: ilmu retorika, ilmu tulis menulis, karang mengarang, penerangan, propaganda, seni drama, dan sebagainya.
Perkembangan serta pertumbuhan ilmu-ilmu pengetahuan tersebut menggunakan perkembangan dan kemajuan keperluan manusia terhadap hubungan dan pengertian satu sama lainnya, atau terhadap rasa dan kesadaran bermasyarakat.
Hanya ilmu sejarahlah kiranya yang pertama-tama dapat memperlihatkan adanya gejala kemasyarakatan sebagai wujud dari berlangsungnya hubungan antar manusia itu. Pertama sekali para sejarawan memperhatikan bahwa zaman dahulu kala ada orang yang khusus melakukan pekerjaan sebagai perantara dalam hal melaksanakan komunikasi antar manusia itu. Untuk memenuhi keperluan orang terhadap kabar atau berita tentang orang lain atau keadaan di sekelilingnya, ataupun di tempat lain, terdapat orang-orang khusus yang melakukan pekerjaan dalam hal mencari berita atau kabar untuk disampaikan kepada orang-orang yang memerlukannya.
Willem Haversmit (1885: 3), melalui bukunya De Courant, mengingatkan kita pada orang Babylonia di mana menurut catatan Flavius Josephus, mereka telah memiliki para penulis sejarah yang bertugas menyusun cerita tentang kejadian sehari-hari dan kemudian menyiarkannya kepada orang lain.
Jauh sebelum itu, para ahli sejarah tersebut menuturkan hasil penyelidikannya yang bersandar pada buku Perjanjian Lama (Genesis 8 ayat 10-12), di mana dikisahka bahwa sewaktu di dunia ini turun hujan lebat tujuh hari tujuh malam terus menerus, timbulah air bah yang memusnahkan segala makhluk hidup dan semua tanaman sebagai pidana Tuhan terhadap kejahatan dan dosa manusia. Bandingkan dengan Al-Quran (surat Nuh ayat 25 dan surat Hud ayat 37-45). Sebelum Allah Swt menurunkan hujan yang sangat hebat kepada kaum kafir, maka datanglah malaikat utusan Allah Swt kepaa Nabi Nuh agar ia memberitahukan cara membuat kapal sampai selesai. Kapal itu cukup untuk dipergunakan sebagai alat ebakuasi oleh Nabi Nuh beserta sanak keluarganya yang saleh dan segala macam hewan masing-masing satu pasang.
Tidak lama kemudian, seusainya Nuh membuat kapal, hujan lebat pun turun berhari-hari tiada henti, badai dan angin menghancurkan segala yang ada kecuali kapal yang dibuat oleh Nuh. Saat itu Nuh dan orang-orang yang beriman beserta hewan-hewan menaiki kapal tersebut. Waktu terus berganti, namun air tetap menggenang dalam, seolah tidak berubah sejak semula. Sementara itu seluruh penumpang kapal mulai khawatir dan gelisah karena persediaan makanan mulai menipis. Semua penumpang mulai mempertanyakan mengenai keadaan daerah mereka. Guna memenuhi keinginan para penumpang, Nuh mengirimkan seekor burung dara ke luar kapal untuk meneliti keadaan air dan kemungkinan adanya makanan.
Setelah beberapa lama burung itu terbang mengamati keadaan air dan mencari makanan, tapi hasilnya sia-sia. Burung itu hanya melihat ranting pohon zaitun yang tampak muncul di permukaan air. Ranting itu pun dipatuknya dan dibawanya pulang ke kapalnya. Atas datangnya burung dara itu dengan membawa ranting itu, Nuh mengambil kesimpulan bahwa air bah sudah mulai surut, namun seluruh permukaan masih tertutup air, sehingga burung itu tidak menemukan tempat beristirahat. Demikianlah kabar itu disampaikan kepada seluruh penumpang. Atas dasar fakta tersebut, para ahli sejarah menamakan Nabi Nuh sebagai seorang pencari dan penyiar kabar yang pertama di dunia. Bahkan sejalan dengan teknik-teknik dan caranya mencari berita itu, menunjukkan bahwa kantor berita pertama kali di dunia adalah kapal Nuh.
Data selanjutnya, diperoleh para sejarah negara Romawi pada permulaan berdirinya kerajan Romawi. Pada masa itu para pejabat tinggi kerajan Romawi (Imam Agung) mencatat segala kejadian penting yang diketahuinya pada annales (papan tulis yang digantungkan di serambi rumahnya). Catatan pada papan tulis itu merupakan pemberithauan bagi setiap orang yang lewat dan memerlukannya.
Pengunguman sejenis itu dilajutkan oleh Julius Caesar pada zaman kejayaannnya. Caesar mengungumumkan hasil persidangan senat, berita tentang kejadian sehari-hari, peraturan-perturan penting, serta apa yang perlu disampaikan dan diketahui rakyatnya, dengan cara menuliskannya diatas papan tulis yang pada masa itu (60SM) dikenal dengan acta diurna dan diletakkan di Forum Romanum (Stadion Romawi) untuk diketahui oleh umum. semua berita di Acta diurna tersebut boleh dibaca dan dikutip untuk kemudian disebar luaskan ke tempat lain.
Praktik jurnalistik demikian kemudian dikembangkan oleh para budak belian orang-orang Romawi kaya, yang diberi tugas untuk mengumpulkan berita setiap hari. Para budak belian ini dijuluki denga istilah diurnarius atau diurnarii. Dalam hal ini tampak pertumbuhan jurnalistik beserta jurnalisnya yang sedikit profesional.
Ahli sejarah yang bernama Tacitus mengatakan bahwa dalam kegiatan jurnalistik selalu terjadi hal-hal berikut:
1.    Pada umunya publik tidak begitu senang terhadap berita-berita sensasi yang berlebihan.
2.    Sejak dulu primeur journalisticus (memperoleh produk jurnalistik paling awal) merupakan syarat terpenting dalam karya penyiaran atau pemberitaan.
3.    Sejak dulu pula abone (pelanggan) yang rewel itu ada.
Ada pun mengenai pemilihan dan penyusunan beritanya, Bascwitz (1949: 14) mengemukakan hasil penelitiannya, bahwa berdasarkan isinya acta diurna tidak menunjukkan sifat-sifat resmi yang mutlak. Hanya saja, yang merupakan isi utamanya adalah mambatasi diri pada penyajian berita-berita saja.
Umur acta diurna “hanya” mencapai lima abad. Setelah kerajaan Romawi runtuh, maka hilang pula acta diurna. Namun demikian dari hasil penelitian sejarah mengetahui bahwa pada permulaan pertumbuhannya jurnalistik berjalan dengan kondisi sebagai berikut:
1.    Subjek penyajiannya berupa pemerintah. Yang menyelenggarakan penyiaran lewat acta diurna adalah kerajaan.
2.    Jurnalis atau wartawannya, sebagai perantara dalam penyiaran, terdiri dari mereka yang mencari dan menyiarkan berita dengan memperoleh upah.
3.    Alat penyiarannya berupa papan pengunguman (acta diurna) dan catatan-catatan para jurnarius yang diperbanyak, serta pemberitaan lisan dari para jurnarius tersebut.
Sejak hilangnya acta diurnia hingga kira-kira tahun 1000 SM, para ahli sejarah Eropa mengenal praktik pemberitaan berupa kirim mengirim surat, antar biara, istana, dengan perantara kurir. Sedangkan untuk kalangan rakyat biasa dikenal adanya minstreel (penyanyi keliling) yang membawakan nyanyian dalam bentuk lagu atau syair rakyat yang berisi informasi tentang peristiwa yang terjadi di tempat lain.
Setelah tumbuh perkembangan surat menyurat antar kaum politisi, cendikiawan, dan para pedagang baik dengan rekan-rekannya di dalam negeri maupun di luar negeri, mulai timbul perbaikan terhadap ritme kecepatan dan keaktualan berita-beritanya. Biasanya para pedagang menyertakan berita-berita lain yang terkadang secara tidak langsung dapat bermanfaat bagi usaha mereka. Kemudian rekannya menerima dan memperbanyak serta meneruskan berita tersebut kepada relasi yang lain. Demikianlah selajutnya surat-surat pedagang itu menjadi surat perkabaran walaupun masih sederhana.
Lonjakan terbesar di bidang jurnalistik pada tahun 1791 saat Revolusi Prancis berkobar. Suratkabar yang muncul bersifat selebarab yang dikeluarkan oleh tokoh politik, namun penguasa negara merasa khawatir. Kebebasan pers ditentang, ribuan wartawan masuk penjara, sementara 70 orang lainnya mengalami hukuman guillotine (hukum pancung).
Satu-satunya negara yang memberikan kebebasan pers adalah Inggris sejak tahun 1695 di mana Raja Willem III mencabut ketentuan wajib adanya lisensi perusahaan suratkabar. Perkembangan ini pun menjadi pendorong pertumbuhan suratkabar di negara-negara Eropa lainnya.
Untuk sampai menjadi ilmu pengetahuan yang bersifat akademis, jurnalistik berkembang dengan munculnya mata kuliah tentang persuratkabaran yang disebut Zeitungskunde di Universitas Bazel (Swiss) tahun 1884 oleh Karl Bucher. Jejak Bucher diikuti oleh Max Weber, ia menyatakan bahwa kenyataannya modal dan pemilik modal sangat penting bagi kehidupan persuratkabaran. Penting dalam arti perhitungan ekonomis dan redaksionalnya.
Sebagai lembaga sosial, Max Weber mengatakan, suratkabar memiliki kepribadiannya sendiri. Dalam hal ini yang ditonjolkan bukan pribadi masing-masing wartawannya, melainkan karya atau ideologi mereka yang mewarnai suratkabarnya pada umumnya berprinsip anonimitas.
Wilbur Schramm melalui uraiannya mengenai “The Nature of Mass Communication” dalam bukunya, The Process and Effects of Mass Communication. Ia menyebut institutionalized person sebagai sifat kelembagaan suratkabar itu. Menurutnya, by an institutionalized person we have his editorial colums through the facilities of institution and with mean such a person as the editor of a newspaper, who speaks in more voice and prestige than he would have if he was speaking without the institution.
Sejak dikenalnya ilmu publistik, jurnalistik dan pers pun berkembang sejalan dengan perkembangannya. Dalam praktiknya kini telah banyak penerbitan suratkabar terkenal, baik yang bertaraf nasional maupun internasional. Juga lembaga-lembaga penyiaran seperti kantor-kantor berita, stasiun-stasiun radio ataupun televisi dan film, yang jauh lebih maju dalam perlengkapan instrumennya, jika dibandingkan dengan keadaan sebelumnya.
Dalam memelihara kelestarian kemajuan jurnalistik dan pers, terdapat lembaga Internasional Federation of Newspaper Publisher yang bertugas menjamin kepentingan etika dan ekonomi suratkabar. Juga ada Internasional Federation of Jurnalism (IFJ), yang bertugas meningkatkan standar mutu profesi jurnalistik, mempertahankan kemerdekaan pers, dan memberikan sumbangan terhadap perkembangan pers di negara-negara berkembang.
International Film and Television Council (IFTC) bertugas memajukan usaha negara anggotanya dalam hal perfilman dan penyiaran melalui televisi disamping diadakan tukar menukar informasi.

Perkembangan media cetak
Sejarah: Sebelum dan Sesudah Gutenberg
-     Media cetak awal lebih banyak memperlihatkan perkembangan bentuk penerbitan ketimbang isi media itu sendiri. Novel adalah bentuk yang lazim karena bisa dicetak secara massal tapi tetap murah. Perkembangan awal terlihat dari penggunaan daun atau tanah liat sebagai medium bentuk media sampai percetakan. Johan Gutenberg menyempurnakan alat cetak yang mampu mencetak secara terbatas Tapi buku atau manuskrip hanya bisa dibaca oleh sementara orang.
-     Kunci perkembangan media cetak adalah melek huruf (kemampuan untuk baca-tulis). Hanya memang melek huruf adalah kondisi yang dipunyai oleh kaum elite. Bahasa yang berkembang pun hanya beberapa bahasa pokok, bahasa latin – misalnya. Perkembangan pendidikan pada abad 14 juga mendorong perkembangan orang yang melek huruf. Perkembangan sosial pun mendorong kemampuan baca tulis orang kebanyakan, sehingga perkembangan dramatis media cetak pun semakin luas.

Perkembangan media elektronik
Definisi Radio
-     Radio adalah alat untuk menyampaikan pernyataan umum (information) yang auditif melalui gelombang elektromagnetis/gelombang listrik frekuensi tinggi dan bekerja atas dasar prinsip getaran udara. ( Drs Hasjin Nangtjik).
-     Radio adalah nama untuk lapangan teknik arus listrik lemah yang memperhatikan transmisi (penyiaran) berita-berita dan lain-lain dengan tidak menggunakan kawat penghantar yakni tanpa menggunakan hubungan yang menghantarkan listrik atau stasiun pemancar adan stasiun penerima. (Ensiklopedia Indonesia)

Perkembangan media radio
-     Media Elektronik muncul setelah revoludi industri yang terjadi di Inggris (Eropa). Tonggak revolusi industri adalah sejak ditemukannya mesin uap oleh James Watt (1825 /Abad 17). Setelah ditemukannya mesin uap maka terjadi proses massifikasi proses produksi. Akibat dari massifikasi produksi menyebabkan raw material (bahan dasar) didalam proses produksi tidak lagi diperoleh di Eropa. Akibatnya terjadi praktek ekspansi / kolonialisasi untuk memperoleh bahan baku pendukung produksi. Adanya politik ekspansi pada akhirnya menimbulkan kesadaran adanya hambatan ruang dan waktu dalam proses komunikasi, sehinggas timbul rasa kebutuhan akan media komunikasi yang cepat dan efisien. (Juga sarana transportasi yang dapat mempercepat jarak, ruang dan waktu). Kesadaran ini menimbulkan proses kreatif yang memunculkan media komunikasi yang mengatasi jarak, ruang dan waktu yang menjadi embrio lahirnya usaha komunikasi eletronis saat ini.
Penemuan radio merupakan momentum proses panjang, penemuan-penemuan sebelumnya dalam ilmu fisika, kimia, matematika dan elektronika. Dan penemuan itu sendiri berkembang hingga keadaannya seperti yang disaksikan kini dan masih akan berkembang terus hingga akhir jaman.
-     Pada tahun 1865 Prof. James Clerk Maxwell (Skotlad, Inggris, 1831 – 1879 ) guru besar elektro pada King’s College, mengumumkan teori gelombang electromagnet. Drs. Ton Kertapati menyebut Profesor ini sebagai Bapak Radio.
-     25 tahun kemudian Heinrich Rudolf Hertz ( 1857 – 1894 ) seorang sarjana Jerman melakukan eksperimen dengan teori-teori Maxwell dan menemukan gelombang electromagnet ( gelombang radio ). Ia mencoba melepaskan getaran-getaran listrik cepat ( electrically rapid vibrations ) ke angkasa. Hasilnya dipublikasikan dalam buku “Electromagnetic Waves and Their Reflection”. Dalam 20 tahun berikutnya radio telegrafi terutama digunakan untuk perhubungan kapal ke pantai (ship-shore communications), sedang radio telefoni berkembang menjadi macam-macam penggunaan seperti pada penambahan kecepatan pengiriman berita, pada kendaraan-kendaraan dan pada perlengkapan komunikasi pada saat-saat darurat (bahaya).
Pemakaian radio untuk siaran dimulai pada tahun 1915 oleh David Sarnof, dan setelah itu radio digunakan untuk berbagai kepentingan seperti kampanye, propaganda perang dan sebagainya.
-     Kegiatan siaran radio swasta pertama kali dilakukan oleh Frank Conrad dari Amerika pada tahun 1920 dan sejak sat itu radio menjadi suatu bagian kegiatan industri komunikasi. Frank Conrad inilah yang memperkenalkan penggunaan gelombang shortwave dalam kegiatan penyiaran radio.
-     Pada tahun 1933 Edwin H Amstrong mengembangkan kegiatan penyiaran yang bebas gangguan yaitu dengan ditemukannya gelombang FM untuk kegiatan siaran radio.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar